RESENSI BUKU
Biodata Buku :
Judul : Mohammad Hatta, Hati Nurani Bangsa
1902-1980
Penulis : Deliar Noer
Penerbit : Kompas
Cetakan : II, 2012
Tebal : 182 hlm
Penulis : Deliar Noer
Penerbit : Kompas
Cetakan : II, 2012
Tebal : 182 hlm
Dalam buku ini, Deliar Noer membagi kisah hidup
Hatta dibagi dalam delapan bagian yakni “Masa Kecil di Bukittinggi dan Padang”,
“Remaja di Padang dan Jakarta”, “Matang dengan Pergerakan”, “Masa Pergerakan di
Jakarta, Digul, dan Banda Neira”, “Di Bawah Pendudukan Jepang”, “Perang
Kemerdekaan”, “Wakil Presiden di Masa Merdeka Penuh”, dan ”Sebagai Warga Negara
Biasa”.
Pada bagian pertama, Deliar Noer menceritakan kisah
masa kecil Hatta di Bukittinggi dan Padang pada tahun 1902 – 1917. Kisah Hatta
seperti perkenalan dia dengan lingkungan pedagang, pengaruh keluarga yang
islamis pada diri Hatta, dan awal mula kedisiplinan Hatta terhadap waktu
diceritakan di bagian ini. Kematangan Hatta mulai tumbuh ketika ia belajar di
Belanda dari 1921 sampai 1932. Setelah kepindahannya ke Indonesia, pada 1949
Hatta kembali ke Belanda, tetapi bukan sebagai anak jajahan melainkan sebagai
delegasi Indonesia untuk menerima pengakuan kedaulatan negerinya, suatu seruan
bagi pemerintahan kolonial Belanda. Langkah pertama Hatta dalam memperjuangkan
kemerdekaan bangsa adalah melalui Perhimpunan Indonesia (PI) yang didirikan di
Belanda. PI di bawah kepemimpinan Hatta merupakan poster depan di luar negeri
bagi perjuangan di tanah air. Selain itu, Hatta juga sangat
giat memperkenalkan perjuangan Indonesia di luar negeri. Ia datang ke
berbagai kongres di Eropa dengan membawa nama Indonesia bukan Hindia Belanda
untuk menuntut adanya kemerdekaan bagi tanah air dan bangsa-bangsa Asia
lainnya. Setelah kemerdekaan berlalu, Soekarno diangkat menjadi presiden
Republik Indonesia dan Hatta menjadi wakilnya. Soekarno yang terdorong oleh
emosi, namun ini yang membuat Hatta dan Soekarno saling melengkapi satu sama
lain dalam era Dwitunggalnya. Walaupun tidak selalu sepemikiran, Hatta dan
Soekarno tetap dapat bekerjasama dengan baik. Tapi hal ini tidak berlangsung
lama, pada 1956 Hatta mengundurkan diri sebagai wakil presiden. Hatta menilai
Soekarno sudah terlalu melenceng dari cita-cita awal mereka berdua. Baginya
kebijakan Soekarno membentuk Demokrasi Terpimpin, membubarkan DPR, dan
mengangkat dirinya sebagai presiden seumur hidup menunjukan kediktatoran
Soekarno yang ingin menguasai negara dan menodai cita-cita demokrasinya.
Padahal Hatta sudah sering mengingatkan Soekarno melalui surat-suratnya, namun
tak mendapat sambutan dari Soekarno. Ia tak dapat berbuat banyak untuk
menyadarkan kawan dwitunggalnya itu.
Pada bagian terakhir dalam kehidupan Hatta, Deliar
Noer menjabarkan beberapa kisah Hatta setelah melepas jabatan wakil presiden.
Kisah – kisah seperti kunjungan Hatta ke Republik Rakyat Cina, ikut serta dalam
perundingan dengan Jepang, dan kegiatan – kegiatan berhubungan dengan koperasi
diceritakan dengan ringkas pada bagian ini. Walau telah tidak menjabat, Hatta
diceritakan sering memberikan pendapat dan kritik atas pemerintah.
Hingga pada tanggal 14 Maret 1980, perjuangan dan
kisah pergumulannya dengan nasib harus berhenti.